arca dwarapala |
Pada kedua arca ini terdapat mahkota yang dihiasi dengan ukiran ular dan gugus tengkorak. Pada telinganya juga memakai giwang yang bermotif tengkorak yang disebut sebagai kepala gundala. Pada lehernya juga terdapat kalung dari rangkaian tengkorak. Pada badannya berselempang hiasan ular yang menyilang di punggungnya yang disebut Yajnapavita. Pada lengannya melingkar kilat bahu bermotif ular yang disebut Sarpokenyura. Pada pergelangan tangannya memakai gelang yang disebut Bhujangga vasaya. Pada pergelangan kakinya melingkar pula benggel yang bermotif ular yang disebut Bhujangga nupura.
Kedua arca dwarapala di Singosari ini diperkirakan belum berubah dari posisi semula. Beratnya mencapai 40 ton dan jarak kedua arca 50 meter. Posisi tersebut dapat dipergunakan untuk menentukan arah jalan memasuki istana kerajaan Singhasari. Keberadaan kedua arca itu menunjukkan bahwa lokasi itu pada masa lalu merupakan pintu gerbang dari kerajaan Singhasari, sebab fungsi arca dwarapala di masa lalu memang sebagai symbol dari penjaga pintu atau pintu gerbang. Sekalipun keberadaan dua arca dwarapala menunjuk pada kemungkinan pintu gerbang kerajaan di masa lalu, namun hingga saat ini belum dilakukan rekonstruksi untuk mengetahui di manakah letak istana Singhasari secara tepat apakah di sebelah barat atau timur dwarapala karena situs bangunan istana Singhasari sampai sekarang belum diketahui pasti letaknya.
Jika kita memasuki kedua celah arca ini menuju ke sebelah barat, berarti kita melewati jalan utama.
Namun jalan utama ini telah dipadati oleh rumah-rumah penduduk. Lewat jalan utama ini ke arah barat sampailah pada sebuah telaga dan di atas telaga ini ada sebuah bukit yang kemungkinan di situlah letak istana Singhasari. Desa Sanggrahan yang terletak di sebelah barat istana, pemandian Ken Dedes, serta banyaknya sumber-sumber air yang berada di lereng Gunung Arjuno menambah keyakinan tentang letak istana Singhasari. Istana Singhasari dikelilingi oleh benteng alam yang berupa Sungai Klampok, gunung, dan parit buatan yang sekarang disebut Kali Mati. Di daerah Singosari memang banyak nama-nama desa yang memiliki keterkaitan dengan kerajaan Singhasari. Nama Desa Gunungrejo di barat kota Singosari misalnya, tampaknya memiliki kaitan dengan kata Gunung Raja atau Raja Gunung yakni Girinatha atau Girindra, nama Bhatara Siwa atau Bhatara Guru yang pernah dipakai sebagai gelar oleh Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Desa Tamanharjo dan Kebonagung tampaknya merupakan situs bekas taman keputren di dalam puri kerajaan. Nama Desa Toyomarto juga tampaknya berkaitan dengan Tirtamrtha.
Jika kita bertolak dari ajaran Siwa terutama yang berkaitan dengan keberadaan dua arca dwarapala atau penjaga gerbang, maka kita dapat menyimpulkan bahwa dua arca dwarapala itu sebenarnya berada di sebelah barat istana Singhasari. Sebab dalam ajaran Siwa ditetapkan bahwa Siwa bersemayam di puncak Kailasa yang digambarkan dalam wujud lingga. Pada pintu gerbang sebelah timur terdapat penjaga utama yakni Ganesha atau Ganapati. Pada pintu gerbang utara terdapat penjaga utama yakni Bhattara Gori. Pada pintu gerbang selatan terdapat penjaga utama yakni Rsi Agastya. Sedangkan pada pintu gerbang barat terdapat dua penjaga yakni Kala dan Amungkala. Dengan demikian dua arca dwarapala yang dianggap sebagai penjaga pintu gerbang Singhasari dapat disimpulkan sebagai penggambaran tokoh penjaga pintu gerbang sebelah barat Siwa yakni Kala dan Amungkala, di mana kalau simpulan ini benar maka letak istana Singhasari berada di sebelah timur dua arca tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar